sang mentari enggan tersenyum. bersembunyi dibalik awan. perlahan-lahan tunduk hilang dilindungi gunung-gunung. malam menjelma. langit cerah dihiasi bintang-bintang yang bertaburan. bulan separa menyinar, menumpahkan cahaya ke bumi kelam. kuntum-kuntum seri pagi memekar. bagai diberi tenaga baru. bagai gadis sunti bergurau tawa dengan senyum manis terukir. seri pagi makin berseri.menari-nari mengiringi bayu malam. sang embun mendinginkan kehangatan kuntum-kuntum seri pagi.
seri pagi senyum lagi. menari dan terus menari. sang pungguk tidak pernah penat sejak hikayatnya. merayu dan merayu sang bulan turun ke sisinya. malam terus melewati masa. dengkuran, rengekan bagai satu irama pada tika itu. indahnya malam, satu kebahagian buat seri pagi. embun terus menitis. selimut lantas ditarik.
damainya. namun anak-anak muda masih ada di luar sana. tiada petanda mahu berundur pulang. malah lebih lincah dan terus berseronok menikmati usia remaja. remaja hanya sekali. usia bagai ais krim, nikmati sebelum ia cair. benarkah itu?
kokokkan ayam menghentikan lenggok lentuk seri pagi. azan berkumandang merdu. berselang seli kicauan serindit, dan bebelan murai di tanah lembab. dinihari sudah. perlahan-lahan embun berhenti menitis. bumi kembali dihangatkan mentari. seri pagi menyepi. setia menanti malam hadir kembali, malam pasti tidak mungkir janji. memberi ruang embun menjamah kuntuman seri pagi.
No comments:
Post a Comment